Sunday 5 August 2012

Khasiat Bandotan (Ageratum conyzoides L)rumput tahi ayam untuk rambut

Bandotan
(Ageratum conyzoides L.) 


Sinonim :
A. ciliare Lour. (non Linn), A. cordifolium Roxb.

Familia :
Compositae (asteraceae).

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: Sumatera: bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. Jawa: babadotan, b. leutik, babandotan, b. beureum, b. hejo, jukut bau, ki bau, bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, rukut manooe, rukut weru, sopi. NAMA ASING : Sheng hong ji (C), bulak manok (Tag.), ajganda, sahadevi (IP), billy goat weed, white weed, bastard agrimony (I), celestine, eupatoire bleue. NAMA SIMPLISIA: Agerati Herba (herba bandotan), Agerati Radix (akar bandotan).

Deskripsi Tanaman Obat:

Tanaman Obat Tradisional Bandotan ini tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak.

Penyakit Yang Dapat Diobati :

Herba ini rasanya sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Bandotan berkhasiat stimulan, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan perdarahan (hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan pelumuh kentut (kaiminatit). Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati. Selain Ageratum conyzoide.s L., terdapat bandotan varietas lain yang mempunyai khasiat yang sama, yaitu Ageratum haoustonianum Mill. Ekstrak daun bandotan (5% dan 10%) dapat memperpanjang siklus birahi dan memperlambat perkembangan folikel mencit betina (virgin dan non virgin). Namun, tidak berefek pada uterus, vagina, dan liver. Setelah masa pemulihan, siklus birahi dan perkembangan folikel kembali normal. Tidak ada perbedaan efek antara mencit virgin dan non virgin selama perlakuan (Yuni Ahda, JF FMIPA UNAND, - 1993). Ekstrak daun bandotan dalam minyak kelapa dosis 20% tidak memberikan efek penyembuhan luka. Namun, pada dosis 40% dan 80% dapat menyembuhkan luka secara nyata sesuai dengan peningkatan dosis. Bahkan, efek penyembuhan luka pada dosis 80% tidak berbeda nyata dengan yodium povidon 10% (Eliza Magdalena, JF FMIPA UI, 1993).

Pemanfaatan :
Baca selengkapnya tentang Resep Ramuan Tanaman Obat Tradisional Bandotan

Komposisi :
Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida. Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin
khasiat bandotan


Nama
a. Sinonim
A. ciliare Lour. (non Linn), A. cordifolium Roxb.
b. Nama daerah
Sumatera: bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. Jawa: babadotan, b. leutik, babandotan, b. beureum, b. hejo, jukut bau, ki bau, bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, rukut manooe, r. weru, sopi.
c. Nama asing
Sheng hong ji (C), bulak manok (Tag.), ajganda, sahadevi (IP), billy goat weed, white weed, bastard agrimony (I), celestine, cupatoire bleue.

d. Nama simplisia
Agerati Herba (herba bandotan), Agerati Radix (akar bandotan).
Bandotan berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan.pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 in di atas permukaan taut (dpl). Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak.
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang I -10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Bandotan dapat diperbanyak dengan biji
Sifat dan Khasiat
Herba ini rasanya sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Bandotan berkhasiat stimulan, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan perdarahan (hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan peluruh kentut (karminatif). Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati.
Selain Ageratum conyzoides L., terdapat bandotan varietas lain yang mempunyai khasiat yang sama, yaitu Ageratum houstonianum Mill.
Kandungan Kimia
Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic sub-stance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin,B-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida.
Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin. Bagian yang digunakan untuk obat adalah herba (bagian di atas tanah) dan akar. Herba yang digunakan berupa herba segar atau yang telah dikeringkan.
Indikasi
Herba bandotan berkhasiat untuk pengobatan :
- demam, malaria,
- sakit tenggorok, radang paru (pneumonia),
- radang telinga tengah (otitis media),
- perdarahan, seperti perdarahan rahim, luka berdarah, dan mimisan,
- diare, disentri,
- mulas (kolik), muntah, perut kembung,
- keseleo, pegal linu,
- mencegah kehamilan,
- badan lelah sehabis bekerja berat,
- produksi air seni sedikit,
- tumor rahim, dan
- perawatan rambut.
Akar berkhasiat untuk mengatasi :
- demam.
Cara Pemakaian
Untuk obat yang diminum, rebus 15 – 30 g herba kering atau 30 -60 g herba segar. Cara lain tumbuk herba segar, lalu peras dan air perasannya diminum.
Untuk pemakaian luar, tumbuk herba segar sampai halus. Selanjutnya, campurkan minyak sayur sedikit dan aduk sampai rata, lalu bubuhkan pada luka yang masih baru, bisul, eksim, dan penyakit kulit lainnya (seperti kusta/lepra). Cara lain, giling herba kering menjadi serbuk, lalu tiupkan ke kerongkongan penderita yang sakit tenggorokan. Selain itu, daun segar dapat diseduh dan air seduhannya dapat digunakan untuk membilas mata, sakit perut, dan mencuci luka.





Khasiat Bandotan Bagi Kesehatan



Berkat Herbal (01/08/12), Khasiat Bandotan Bagi KesehatanBandotan (Ageratum conyzoides L.), walaupun jenis tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai gulma (tumbuhan pengganggu), namun ia memiliki banyak khasiat bagi kesehatanyaitu dapat pengobatan berbagai macam penyakit. 

Ciri-ciri Bandotan
bandotan
Bandotan
Bandotan dapat ditemukan di kebun, ladang, pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, aliran air. Ciri-ciri tumbuhanya yaitu sebagai berikut :
-Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar.
-Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak. 
-Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut.
-Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.
-Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Bandotan dapat diperbanyak dengan biji.

Kandungan Kimia Bandotan
Herbal bandotan mengandung asam amino, oraganacid, pectic substance, minya asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-sitosterol, stigmasterol, tannin, sulfur, dan potassium chloride. Akar bandotan mengandung minyak atsiri, alkaloid, dan kumarin.

Khasiat Bandotan
Herba bandotan berkhasiat untuk pengobatan: demam,malaria, sakit tenggorok, radang paru (pneumonia), radang telinga tengah (otitis media), perdarahan, seperti perdarahan rahim, luka berdarah, dan mimisan, diare, disentri, mulas (kolik), muntah, perut kembung,  keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, badan lelah sehabis bekerja berat,  produksi air seni sedikit, tumor rahim, dan perawatan rambut. Akar berkhasiat untuk mengatasi :demam.

Cara Pemakaian Bandotan
Untuk obat yang diminum, rebus 15 - 30 g herba kering atau 30 -60 g herba segar. Cara lain tumbuk herba segar, lalu peras dan air perasannya diminum.
Untuk pemakaian luar, tumbuk herba segar sampai halus. Selanjutnya, campurkan minyak sayur sedikit dan aduk sampai rata, lalu bubuhkan pada luka yang masih baru, bisul, eksim, dan penyakit kulit lainnya (seperti kusta/lepra). Cara lain, giling herba kering menjadi serbuk, lalu tiupkan ke kerongkongan penderita yang sakit tenggorokan. Selain itu, daun segar dapat diseduh dan air seduhannya dapat digunakan untuk membilas mata, sakit perut, dan mencuci luka.

Berikut ini adalah cara pemakaian di masyarakat:
1. Sakit telinga tengah akibat radang
Cuci herba bandotan segar secukupnya, lalu tumbuk sampai halus. Hasilnya, peras dan saring. Gunakan air perasan yang terkumpul untuk obat tetes telinga. Sehari 4 kali, setiap kali pengobatan sebanyak 2 tetes.
2. Luka berdarah, bisul, eksim
Cuci herba bandotan segar secukupnya sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Turapkan ramuan ke bagian tubuh yang sakit, lalu balut dengan perban. Dalam sehari, ganti balutan 3-4 kali. Lakukan pengobatan ini sampai sembuh.
3. Bisul, borok
Cuci satu tumbuhan herba bandotan segar sampai bersih. Tambahkan sekepal nasi basi dan seujung sendok teh garam, lalu giling sampai halus. Turapkan ke tempat yang sakit, lalu balut dengan perban.
4.Rematik(istilah kedokteran : reumatik), bengkak karena keseleo
Sediakan satu genggam daun dan batang muda tumbuhan bandotan segar, satu kepal nasi basi, dan 1/2 sendok teh garam. Selanjutnya, cuci daun dan batang muda sampai bersih, lalu tumbuk bersama nasi dan garam. Setelah menjadi adonan seperti bubur kental, turapkan ramuan ke bagian sendi yang bengkak sambil dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan dilepaskan. Lakukan perawatan seperti ini 2-3 kali sehari.
5.Perdarahan rahim, sariawan, bisul, bengkak karena memar
Rebus 10-15 g herba bandotan dalam dua gelas air bersih sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari.
6.Tumor rahim
Rebus 30-60 g herba bandotan kering segar atau 15-30 g herba kering dalam tiga gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Selain direbus, herba segar dapat juga ditumbuk. Air rebusan atau air perasannya diminum satu gelas sehari.
7.Sakit tenggorokan
(1) Cuci 30-60 g daun bandotan segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Selanjutnya, peras dan saring. Tambahkan larutan gula batu ke dalam air perasan secukupnya dan aduk sampai rata. Minum ramuan dan lakukan tiga kali sehari.
(2) Cuci daun bandotan secukupnya, lalu jemur sampai kering. Selanjutnya, giling sampai menjadi serbuk. Tiupkan serbuk ke dalam tenggorokan penderita.
8.Malaria, influenza
Rebus 15-30 g herba bandotan kering dalam dua gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan dua kali sehari.
9.Perut kembung, mulas, muntah
Cuci satu buah tumbuhan bandotan ukuran sedang sampai bersih, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam tiga gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan pengobatan ini 2-3 kali sehari sampai sembuh.
10. Perawatan rambut
Cuci, daun dan batang bandotan segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Oleskan hasil tumbukan ke seluruh kulit kepala dan rambut. Tutup kepala dengan sepotong kain. Biarkan selama 2-3 jam. Selanjutnya, bilas rambut d


BandotanBANDOTAN (Ageratum conyzoides, L). Nama lain dari bandotan adalah tombalo, siangiat, kombak jomtan, siangik kahwa, rumput tahi ayam (Sumatera), babadotan, babadotan letik, babandotan beureum, babandotan hejo, jukut bau, ki bau, berokan, wedosan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut wenu dan sopi (Sulawesi).
Bandotan dengan nama latin Agerotum conyzoides, L merupakan tumbuhan liar tetapi lebih dikenal sebagai tanaman penganggu (gulma). Umumnya tanaman ini tumbuh liar bersama alang-alang, dapat ditemukan di pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan, bahkan di kebun atau di ladang.
Bandotan termasuk tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi bandotan mencapai 30-90 cm. Batangnya bulat berambut panjang dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar.
Daunnya bertangkai dengan letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, yang keluar dari ujung tangkai dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan berukuran kecil.
Herba bandotan mengandung asam amino, arganosid, pectic sulostance, minyak atsir kunarin, ageratochromene, friedelin, dan sitostenol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chloride. Sedangkan pada akarnya mengandung minyak atsiri, alkanoid dan kumarin.
Khasiat dari herba bandotan yaitu dapat mengobati demam, malaria, radang paru, radang telinga tengah, pendarahan seperti pendarahan rahim, luka berdarah dan mimisan, diare, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pega linu, mencegah kehamilan, tumor rahim dan perawatan rambut.

1. Sakit telinga tengah akibat radang
  • Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya.
    Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Setelah dihaluskan, diperas dan disaring.
    Cara pemakaian: Air perasan tersebut digunakan untuk obat tetes telinga. Lakukan 4 kali sehari sebanyak 2 tetes sampai sembuh.
2. Luka berdarah, bisul dan eksim
  • Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya.
    Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus.
    Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban. Lakukan 3-4 kali sehari untuk mengganti balutan dan dilakukan sampai sembuh.
3. Bisul dan borok
  • Bahan yang diperlukan: 1 tanaman herba bandotan segar, sekepal nasi basi dan seujung sendok teh garam.
    Cara meracik: Herba bandotan tersebut dicuci hingga bersih, lalu tambahkan sekepal nasi basi dan garam kemudian digiling sampai halus.
    Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban.
4. Rematik dan bengkak karena keseleo
  • Bahan yang diperlukan: 1 genggam daun dan batang muda herba bandotan segar, satu kepal nasi basi dan ½ sendok teh garam.
    Cara meracik: Daun dan batang bandotan dicuci hingga bersih lalu ditumbuk bersama nasi dan garam. Buatlah adonan seperti bubur kental.
    Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian sendi yang bengkak lalu dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan tersebut dilepaskan. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh.
5. Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar
  • Bahan yang diperlukan: 10-15 gr herba bandotan.
    Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, kemudian disaring.
    Cara pemakaian: Air saringannya diminum sekaligus dan lakukan 2-3 kali sehari.
6. Tumor rahim
  • Bahan yang diperlukan: 15-30 gr herba bandotan kering.
    Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas.
    Cara pemakaian: Air rebusan diminum setiap hari sebanyak 1 gelas.
7. Sakit tenggorokan
  • Bahan yang diperlukan: 30-60 gr daun bandotan segar.
    Cara meracik: Daun bandotan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Selanjutnya diperas dan disaring. Tambahkan larutan gula batu ke dalam air perasan secukupnya dan diaduk sampai merata.
    Cara pemakaian: Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari sampai sembuh.
8. Malaria dan influenza
  • Bahan yang diperlukan: 15-30 herba bandotan kering.
    Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin lalu disaring.
    Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2 kali sehari sampai sembuh.
9. Perut kembung, mulas dan muntah
  • Bahan yang diperlukan: 1 tanaman bandotan ukuran sedang lalu dipotong-potong seperlunya.
    Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Dinginkan dan disaring.
    Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2-3 kali sehari dan dilakukan sampai sembuh.
Perawatan rambut
Cuci, daun dan batang bandotan segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Oleskan hasil tumbukan ke seluruh kulit kepala dan rambut. Tutup kepala dengan sepotong kain. Biarkan selama 2-3 jam. Selanjutnya, bilas rambut dengan air bersih.
AKULTAS FARMASI 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 
SURAKARTA 
2009   1
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Sejak lama penyakit kanker  menjadi momok bagi banyak orang.  Kanker 
merupakan  penyebab utama kematian pada wanita dengan umur antara 30-54 tahun 
dan anak-anak antara 3-14 tahun di Amerika Serikat (Nafrialdi dan Gan, 2005). 
Kanker yang sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif tinggi 
(20% dari seluruh keganasan) adalah kanker payudara. Menurut WHO 8-9% wanita 
mengalami kanker payudara. Hal ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis 
kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.  Setiap tahun lebih dari 250,000 
kasus baru kanker payudara terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175,000 di 
Amerika Serikat.  Tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker 
payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karena kanker ini (Anonim
, 2008).  
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher 
rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak 
banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap  menduduki tempat 
teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara 
ditemukan pada stadium lanjut  (Anonim
c
, 2008). Pengobatan kanker dapat dilakukan 
dengan cara pembedahan, radiasi,  dan  kemoterapi.  Salah satu terapi yang sering 
digunakan untuk penyembuhan kanker adalah kemoterapi.  Tujuan utama dari  
kemoterapi adalah merusak secara selektif sel tumor  yang berbahaya tanpa 
mengganggu sel normal.  Tujuan ini sering  mengalami kegagalan dan sampai 
1   2
sekarang masih sedikit sekali obat kanker yang bekerja secara selektif untuk 
pengobatan jenis kanker tertentu (Dyah dan  Suko, 2000).  Akibat efek yang 
merugikan ini, cenderung masyarakat beralih pada pengobatan alam.  
  Ageratum conyzoides L. merupakan salah satu tanaman  yang diketahui secara 
empirik mempunyai khasiat antikanker. Daun dan batang muda dari bandotan dapat 
digunakan untuk radang telinga, radang tenggorok, rematik, keseleo, pendarahan 
rahim, sariawan, tumor rahim, malaria, perut kembung, mulas, muntah, dan 
perawatan rambut (Kusuma dan Zaky, 2005). Penelitian sebelumnya menunjukkan 
bahwa sari kloroform dan sari metanol  dari tanaman bandotan  mempunyai efek 
toksik terhadap larva Artemia salina  Leach dengan nilai  LC50 = 84,58 ± 4,60 µg/ml 
untuk sari kloroform dan LC50  dari sari metanol sebesar 954,22 ± 21,49 µg/ml 
(Kuswandi, 2000). Menurut Meyer (1982) suatu senyawa dikatakan toksik bila LC50-
nya < 1000 µg/ml sehingga sari kloroform maupun sari metanol tanaman  Ageratum 
conyzoides L. termasuk toksik terhadap Arthemia salina Leach. Suatu senyawa yang 
toksik  terhadap  Arthemia salina Leach  dapat  dilakukan  uji lanjutan  berupa uji 
antibakteri, uji  sitotoksik dan uji antiviral (Meyer, 1982) 
  Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak metanol herba bandotan tidak 
memiliki efek sitotoksik pada kultur sel mieloma mencit (Puspitasari, 2008). Pada uji 
antiinflamasi ekstrak metanol  Ageratum conyzoides  dapat menghambat edema dari 
telapak kaki tikus yang sebelumnya diinduksi oleh carragenan (Galati, 2001) 
  Dalam penelitian ini akan dilakukan skrining  awal untuk mengetahui efek 
sitotoksik dari herba bandotan terhadap sel T47D.  Herba bandotan diekstrasi 
bertingkat menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya dari non polar sampai   3
polar.  Pelarut yang digunakan petroleum eter, kloroform, etil asetat, dan  etanol. 
Penelitian ini dilakukan  untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak  etanol  herba 
bandotan terhadap sel T47D dan  senyawa apa yang tersari dalam ekstrak  etanol 
tersebut. 
  
B. Perumusan Masalah 
Apakah ekstrak etanol herba bandotan memiliki efek sitotoksik pada sel 
T47D dan golongan senyawa apa yang tersari dalam ekstrak tersebut ? 
C . Tujuan Penelitian 
  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol herba 
bandotan dan mengetahui  golongan senyawa yang tersari dalam ekstrak tersebut. 
D. Tinjauan Pustaka 
1 . Tanaman bandotan  
a .  Divisi 
Divisi           : Spermatophyta 
Subdivisi   : Angiospermae  
Kelas  : Dicotyledonae 
Subkelas  : Sympatalae 
Bangsa  : Campanulatae (Asteraceae)  
Famili         : Compositae 
Marga   : Ageratum    4
Jenis  : Ageratum conyzoides L.   
                          (Steenis, 1997) 
b .  Nama Daerah 
Sumatera   : Bandotan (Melayu), daun tombak, siangit, tombak, antan. 
Jawa  : Babandotan (Sunda), bandotan (Jawa), dus-bedusan  (Madura) 
Sulawesi  : Dawet, lawet, rukut manoge, rukut weru, sopi (Anonim
a
, 2007). 
c . Morfologi   
  Daun bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang, yang teratas tersebar 
dan bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk bulat telur, beringgit dengan ukuran 
1-10 cm x 0,5-6 cm.  Kedua sisi berambut  panjang, sisi bagian bawah mempunyai 
kelenjar. Bongkol berkelamin satu macam, bunga majemuk  berkumpul 3 atau lebih, 
berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai. Panjang bongkol bunga 6-8 mm 
dengan tangkai berambut. Daun pembalut dalam  2-3 lingkaran, runcing degan 
ukuran yang tidak sama, berambut sangat jarang atau gundul.  Bunga sama panjang 
dengan pembalut. Mahkota dengan tabung sempit dan pinggiran sempit membentuk 
lonceng, berlekuk 5, dengan panjang  1-1,5 mm.  Buah bandotan bersifat keras, 
bersegi 5 runcing. Pada buah mempunyai 5 rambut sisik, berwarna putih dengan 
panjang 2-3,5mm (Steenis, 1997). 
d . Ekologi dan penyebaran  
  Bandotan merupakan herba 1 tahun. Bandotan berasal dari daerah tropis di 
Amerika. Di Indonesia, bandotan merupakan salah satu tumbuh-tumbuhan 
pengganggu yang terkenal.  Bandotan tumbuh di ladang, semak belukar,  halaman   5
kebun, tepi jalan dan tepi air. Tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-2.100 m di atas 
permukaan laut (Steenis, 1997). 
e . Kandungan kimia  
  Daun bandotan mengandung minyak atsiri, asam organik, kumarin, 
ageratochromene, friedelin,  ß-sitosterol, stigmasterol,  potassium chlorida, tanin 
sulfur, dan  a-siatosterol (Kusuma dan Zaky, 2005).  Daun dan bunga mengandung 
saponin, flavanoid dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). 
f . Manfaat 
Bandotan digunakan sebagai obat radang telinga, radang tenggorok, rematik, 
keseleo, pendarahan rahim, sariawan, tumor rahim, malaria, perut kembung, mulas, 
muntah, perawatan rambut (Kusuma dan Zaky, 2005).  




g. Penelitian-penelitian tentang bandotan 
  Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sari kloroform dan sari metanol 
dari tanaman bandotan mempunyai efek toksik terhadap larva Artemia salina  Leach 
dengan nilai  LC50 = 84,58 ± 4,60 µg/ml untuk sari kloroform dan LC50  dari sari 
metanol sebesar 954,22 ± 21,49 µg/ml (Kuswandi, 2000).  Menurut Meyer (1982) 
suatu senyawa dikatakan toksik bila LC50-nya < 1000 µg/ml sehingga sari kloroform 
maupun sari metanol tanaman  Ageratum conyzoides  L. termasuk  toksik terhadap 
Arthemia salina Leach. 
  Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak metanol herba bandotan tidak 
memiliki efek sitotoksik pada kultur sel mieloma mencit (Puspitasari, 2008). Pada uji 
antiinflamasi ekstrak metanol  Ageratum conyzoides  dapat menghambat edema dari 
telapak kaki tikus yang sebelumnya diinduksi oleh carragenan (Galati, 2001)   6
2 . Ekstraksi dengan cara soxhletasi   
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari 
simplisia nabati atau hewan menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya 
matahari langsung  (Anonim, 1979).  Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa 
perpindahan zat aktif yang semula berada di sel di tarik oleh cairan penyari sehingga 
zat aktif larut dalam cairan hayati (Anonim, 1986). 
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang  selalu baru yang 
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi  continue dengan 
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik (Anonim, 2000). 
Keuntungan soxhletasi adalah menggunakan bahan pelarut yang sedikit, dan 
pelarut yang digunakan selalu baru.  Bahan yang diekstraksi berada dalam sebuah 
kantong ekstraksi di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja  continue. 
Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan di antara labu suling dan suatu 
pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan pipa pipet, berkondensasi di 
dalamnya, menetes keatas bahan yang diekstraksi dan membawa keluar bahan yang 
diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi 
maksimum secara otomatis ditarik ke dalam labu, dengan demikian zat yang 
terekstraksi tertimbun melalui penguapan continue dari bahan pelarut murni (Voight, 
1971).  
  Keburukan metode soxhletasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi 
cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya (listrik, gas) tinggi 
(voight, 1971).   7
3 . Kanker  
Kanker disebabkan oleh adanya genom yang abnormal, hal ini terjadi karena 
adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel.  Gen yang 
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel itu disebut sebagai protoonkogen dan 
supresor gen. Kedua gen tesebut terdapat pada semua kromosom dan dalan jumlah 
yang banyak.  Protoonkogen yang telah mengalami perubahan dan dapat 
menimbulkan kanker (onkogen).  Kerusakan itu dapat terjadi saat fertilisasi, tetapi 
pada umumnya setelah embriogenesis, atau setelah sel mengadakan diferensiasi, atau 
setelah  dewasa (Sukardja, 2004). 
  Sifat umum dari kanker ialah mengalami pertumbuhan yang berlebihan 
umumnya berbentuk tumor, bersifat invasive (mampu tumbuh di jaringan 
sekitarnya), mengganggu diferensiasi sel dan jaringan, bersifat metastatik (menyebar 
ketempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru), memiliki hereditas bawaan 
(turunan sel kanker dapat menimbulkan kanker), dan pergeseran metabolisme kearah 
pembentukan makromolekul dari nukleosida bersama asam amino serta peningkatan 
katabolisme karbonhidrat untuk energi sel (Nafrialdi dan Gan, 2005). 
  Sel kanker mengganggu tuan rumah sehingga menyebabkan desakan akibat 
pertumbuhan tumor, penghancuran tempat tumor berkembang atau bermetastasis dan 
ganguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker 
(Nafrialdi dan Gan, 2005). 
Kanker dapat disebabkan oleh : 
1)  Kelainan kongenital atau konstitusi genetika. 
   8
2)  Karsinogen kimia, yaitu zat atau bahan kimia yang dapat menimbulkan kanker. 
Misalnya  tir atau jelaga berupa cairan atau gas sebagai hasil pembakaran zat 
biologi seperti kayu, arang, minyak tembakau, rokok, ikan dan daging. Tir 
mengandung karsinogen alami seperti benzene, toluent, phenol, kresol, amonia. 
3) Gangguan keseimbangan hormonal. 
                    (Sukardja, 2004) 
a.  Kanker payudara  
  Kanker payudara adalah kanker yang paling sering ditemukan pada 
perempuan (diluar kanker kulit), dan kanker ini sangat jarang ditemukan pada lakilaki.  Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang 
membatasi duktus atau lobus payudara.  Pada awalnya hanya terdapat hiperplasi sel 
dengan perkembangan sel-sel yang atipikal.  Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi 
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun 
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpilasi 
(kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker payudara sudah 
mengalami metastasis (Price, 2005). 
  Faktor-faktor resiko penyebab kanker payudara : 
1)  Metabolisme hormon estrogen yang terlalu berlebihan. 
2) Faktor keturunan, ditandai dengan adanya mutasi gen p53, BRCA1 dan BRCA 2. 
3) Menstruasi kurang dari 13 tahun dan lebih dari 18 tahun. 
4) Penggunaan kontrasepsi oral, misalnya pil KB. 
5) Obesitas dan peminun alkohol. 
6) Wanita yang telah menopause.                                                         
            (Dipiro, 2005)    9
Beberapa kemoterapi yang digunakan untuk kanker payudara : 
1)  Tamoksifen, yang mekanisme kerjanya dengan berikatan  pada  reseptor 
modulator estrogen secara selektif. 
2) Letrozole, anastrozole, dan exemestane,  dengan mekanisme kerjanya sebagai 
aromatase inbibittors (menghambat kerja enzim aromatase untuk sintesis 
estradiol yang merupakan karsinogen) 
3) Doxorubicin (golongan antrasiklin) dan trastuzumab,  dengan mekanisme kerja 
melisiskan sel-sel pembawa protein HER-2. 
              (Dipiro, 2005) 
b.  Sel kanker payudara (T47D) 
   Sel kanker payudara T47D merupakan sebuah sel yang morfologinya 
seperti sel epitel yang diambil dari jaringan sebuah payudara seorang wanita berumur 
54 tahun. Sel ini dikulturkan dalam media DMEM + 10% FBS + 2 mM L-Glutamin, 
diinkubasi dalam CO2 inkubator 5% dan suhu 37°C (Anonim
d
, 2009). 
4. Uji sitotoksik 
Uji sitotoksisitas merupakan uji sitotoksik secara  in  vitro dengan 
menggunakan kultur sel yang digunakan dalam evaluasi keamanan obat, kosmetik, 
zat-zat tambahan makanan dan digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas 
antineoplastik dari suatu senyawa (Freshney, 1986 cit rochman, 2008 ). 
  Pengembangan metode  in vitro sebagai alternatif penggantian pengujian 
menggunakan hewan uji mempunyai relevansi yang cukup baik yang bertujuan untuk 
mendeteksi potensi ketoksikan suatu obat pada manusia (Doyle and Griffiths, 2000 
cit Nurrochman, 2001).   10
Keuntungan dari metode  in vitro antara lain: (1) dapat digunakan sebagai 
tahap atau langkah awal dalam mengembangkan suatu obat, (2) hanya dibutuhkan 
senyawa uji dalam pengujian, (3) secara drastis mengurangi jumlah hewan 
laboratorium, dan (4) untuk berbagai tujuan penggunaan kultur sel primer dari 
berbagai organ target (liver, ginjal, paru-paru, kulit, system syaraf dan sebagainya) 
yang dapat memberikan informasi secara langsung tergantung potensi efeknya pada 
sel target manusia, yang secara ilmiah memberikan hasil yang lebih va lid (Doyle and 
Griffiths, 2000 cit Nurrochman, 2001). 
           MTT  assay  merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji 
sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana pereaksi MTT ini 
merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh 
sistem  succsinat tetrazolium reduktase  yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada 
mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup.  Kristal formazan ini memberi 
warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan menggunakan ELISA  reader 
(Doyle dan griffith, 2000 cit Nurrochman, 2001). 
Uji sitotoksik dapat menggunakan parameter nilai IC50. Nilai IC50 
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan pertumbuhan sel 
sebesar 50 % dari populasi dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa 
terhadap sel.  Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan 
kinetika sel. Nilai IC50 dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai 
sitotoksik. Semakin besar harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik 
(Melannisa, 2004). 
   11
5. Kromatografi Lapis Tipis 
 Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahan fisikokimia. 
Lapisan yang memisah, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), 
ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. 
Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak / pita 
(awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi 
larutan yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler 
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (deteksi) (Stahl, 1985). 
Fase diam yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis diantaranya adalah silika 
gel, alumina, kieselgur, dan selulosa (Sudjadi, 1988). Fase gerak atau pelarut 
pengembang merupakan medium angkut yang terdiri satu atau beberapa pelarut yang 
bergerak di dalam fase diam (suatu lapisan berpori) karena adanya gaya kapiler 
(Stahl, 1985). 
  Hasil yang diperoleh diidentifikasi di bawah lampu UV (254 dan 366 nm), 
ditandai dengan ada atau tidaknya fluoresensi. Jika tidak tampak dengan cara di atas, 
maka dilakukan secara kimia yaitu penyemprotan dengan pereaksi yang sesuai 
(Auterhoff dan Kovar, 1987)  
Parameter pada kromatografi lapis tipis adalah faktor retensi (Rf), merupakan 
perbandingan jarak yang ditempuh solute dengan jarak yang ditempuh fase gerak. 
Adapun rumusnya sebagai berikut: 
(cm) gerak fase ditempuh yang Jarak
(cm) solute ditempuh yang Jarak
Rf ? 
                                                                                                  (Sumarno, 2001)   12
E . Keterangan empiris 
Dari  hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data ilmiah tentang 
efek sitotoksik ekstrak etanol herba bandotan terhadap sel T47D dan kandungan


3. Daun rumput kambing



Babadotan (Ageratum Conyzoides) atau dikenal juga dengan nama rumput kambing (Billy-goat weed) mudah ditemukan di mana saja, termasuk di pekarangan. Tanaman semacam rumput yang berbunga putih ini sebenarnya termasuk gulma atau tanaman pengganggu bagi petani.

Karena mengandung senyawa antibakteri, warga sering menggunakannya untuk mengobati luka. Selain itu, sebuah penelitian dalam Nigerian Journal of Physiological Sciences membuktikan daunnya kaya akan zat besi sehingga ekstraknya bisa mengobati kurang darah. 




 
1. Meniran (Phylanthus urinaria, Linn.)
Morfologi Meniran : Batang , berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm.Daun : Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong. Bunga, terdapat pada ketiak daunmenghadap kearah bawah. Syarat Tumbuh, meniran tumbuhan yang berasal dari daerah tropisdan tumbuh liar di Hutan-hutan, ladang-ladang, Kebun-kebun maupun pekarangan halamanrumah, pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Menirantumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.Meniran mengandung filantin, hipofilantin, kalium, damar dan tannin. Filantin dan hipofilantin berkhasiat melindungi sel hati dan zat toksik (hepatoprotektor).Meniran berkhasiat membersihkan hati/ sakit kuning (liver),ayan, pereda demam, peluruhkencing, peluruh dahak, peluruh haid,disentri, mengobati jerawat dan menambah nafsu makan.
2. Rumput Teki ( Cyperus rotundus )
Tanaman ini tarmasuk dalam family Cyperaceae. Rumput teki merupakan rumput semumenahun, tingginya 10-95 cm. Batang rumputnya berbentuk segitiga dan tajam. Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang. Akar dengan pelepah daunnyatertutup tanah. Helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar. Permukaan atas berwarna hijaumengilat dengan panjang daun 10-30 cm dan lebar 3-6 cm.Tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari, seperti ditanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan, atau di lahan pertanian, dan tumbuhsebagai gulma yang susah diberantas.Menurut Ir. Heru, bagian rumput teki yang bisa digunakan adalah umbinya yang mengandungalkaloid, flavonoid, sineol, pinen, siperon, rotunal, siperenon, dan siperol. Sifat kimiawi dan efek farmakologis rumput teki adalah rasa pedas, sedikit pahit, dan manis, berkhasiat menormalkansiklus haid, menghilangkan rasa sakit (analgesik) dan sebagai penenang (sedatif). Dalam TCM,tambah Retno, rumput teki masuk meridian hati dan san ciao.Dalam konsep TCM, rimpang teki punya sifat mendinginkan. Secara empiris, teki telah lamadigunakan masyarakat Cina dan India sebagai obat peluruh haid. Sebuah situs kesehatanmenyebutkan, penelitian di Cina menemukan bahwa secara tunggai maupun kombinasi, 6-9gram rimpang teki bisa membantu meringankan ketidakteraturan siklus haid serta meringankan
 
sindrom pramenstruasi (PMS). Rimpang teki juga sering dipakai untuk meningkatkan nafsumakan, meredakan demam, dan meringankan penyakit hati. Di India digunakan sebagai produk  perawatan rambut dan kulit. Kandungan minyak atsirinya digunakan sebagai parfum.


.
3. Bandotan (Ageratum conyzoides)
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae.Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.);wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atauWhiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yangdikeluarkannya menyerupai bau kambing.Terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm,terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgitatau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah. Bunga- bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi60–70 individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalutyang lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu.Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkanke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia. Bandotan seringditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan,tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu
 
tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan. Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia Tenggara, Australia,serta di Amerika Serikat.Manfaat babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Menurut Heyne, daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun jugadigunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum.Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkansebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain menemukan bahwa bandotandapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandungalkaloid pirolizidina.
4. Patikan Kebo ( Euphorbia hirta )
Terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20 cm, batang berambut, percabangan selalukeluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan. Daun berbentuk  jonong meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi. Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu atau merah kecoklatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdiri atas empat bunga jantan.Patikan kebo mempunyai sifat anti inflamasi (anti radang), diuretic (peluruh kencing) dan anti pruritic (menghilangkan gatal). Kandungan kimiawi yang sudah diketahui dari patikan keboantara lain, taraxerol, friedlin, betha amyrin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid,tirukalol, eufosterol, hentriacontane, flavonoid, tanin, elagic acid. Dan berdasarkan catatan hasil penelitian dan pengalaman di berbagai daerah dan penyakit negara, tanaman ini dapat mengobatidisentri, melancarkan kencing, mengobati asbes paru, bronchitis kronis, asbes payudara, typusabdomenalis, radang ginjal, radang tenggorokan, astma, dan radang kelenjar susu atau payudara bengkak.
k
Nama Lokal:Bandotan
Nama Daerah:bandotan (Sumatera), daun tombak (Sumatera), siangit (Sumatera), tombak jantan (Sumatera), siangit kahwa (Sumatera), rumput tahi ayam (Sumatera), dus bedusan (Madura), dus wedusan (Madura), bandotan (Sunda), babadotan (Sunda), babadotan leutik (Sunda), babandotan (Sunda), babandotan beureum (Sunda), babandotan hejo (Sunda), jukut bau (Sunda), ki bau (Sunda), bandotan (Jawa), berokan (Jawa), wedusan (Jawa), dawet (Sulawesi), lawet (Sulawesi), rukut manooe (Sulawesi), rukut weru (Sulawesi), sopi (Sulawesi),
Nama Ilmiah:Ageratum conyzoides
Famili:Asteraceae
Habitus:Terna
Bagian berguna:daun, herba
Botani:Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Bandotan berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak.
Budidaya:Bandotan dapat diperbanyak dengan biji
Kandungan Kimia:Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, �-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida. Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin
Sifat Kimiawi:Herbanya terasa sedikit pahit dan pedas, bersifat menetralkan dan mendinginkan, dan berkhasiat sebagai penurun panas, antitoksik, menghilangkan bengkak, hemostatik, peluruh haid (emenagog), diuretik, dan karminatif


No comments:

Post a Comment